Jumat, 24 Maret 2017

Laid Back

I am the baddas for blogging things. Well, while my fingers typing on this, my brain turns into wild waves searching for excuses why I need so much time to blogging again. There is no particular reasons, just don’t feel like to typing anything. Living in my parent’s house with so many grown people within was a reason. I found myself feel so much laid back. No hang out friends, no good places to go, no willingness to know new people. Sounds like the truly I am. What makes me typing again then? No particular also, just watching some videos on youtube, then got bored, all of those work things are spread around my desk. Untouched. Unfinished. And then, yes I find the reason, I got bored so here I am writing. I need to move the words from my mind into texts so I could find them anytime I need a way.

I find myself weary of my own thought, not really, I find myself too much laid back about life. I don’t like being laid back, its bad. Some months ago I’m in explorer mode when I was done reading good travelling books, and now where those fire gone?? Can I blame my period time that comes closer? Today I sit alone in my room to dissociate from other coworkers just because I don’t feel normal inside. I’m so afraid I could heartly hurt others just for one tiny thing because of this damn sensitiveness.


They say life could be such cruel when someone’s happiest time could be the worst time for other. Well that’s true my friend, that’s true. I’m on such situation right now. When the-used-to-be-favorite-living-soul in this planet going to tie the knot to the other-living-soul-but-me in couple days ahead, you gotta caught in nausea. I cant explain what beast roaring inside of me, or what parasite free-riding on me right now. Just feel like it sucks my interests, I fought with everyone at home, I blamed them for a tiny casual wrong, I refuse to spoke nicely, I refused to discuss anything. I mean, hey I’m not that teeny anymore, those things don’t supposed to be my habit right? But my heart wont listen, it keeps weary, it keeps sad, it keeps unhappy.

Jumat, 05 Agustus 2016

Baca, Baca, Baca

Sebenernya mayan banyak yang pengen aku ceritain, tapi berhubung tiap mau buka blog ini ada aja kegiatan lain yang mendahului jadinya ketunda ketunda ketunda mulu sampe akhirnya lupa deh mau cerita apaan. Yang keinget sekarang adalah travelling, bukaaan aku bukan baru aja abis travelling, aku baru selesai baca buku travelling semi otobiografinya Agustinus Wibowo yaitu Titik Nol. Seperti biasa, abis baca buku bagus mesti kebayang-bayang terus sampe nyari artikelnya, blognya, instgramnya, twitternya, youtubenya, apanya lagi ya? Bedah bukunya sie belom pernah hadirin langsung, maklum aku tinggal di kota kecil yang minim fasilitas. Minggu lalu aja aku ke toko buku lokal buat nyari buku seri 1 dan 2 dari si Agustinus ini dan gak ada samasekali yang jual, even karyawannya pun gak tau ada penulis bernama itu. Weird. Aku gak ngarepin banyak sie dari kota kecil ini, jadinya ya aku pesen online di tokopedia sejak 3 hari yang lalu, tapi sampe sekarang belom nyampe barangnya. Heuhh.. nunggu kalo sesuatu sangat dinanti-nantikan itu capek banget yak. Hahahaha.

Ohya mungkin ada yang merasa aneh, buku-buku si Agustinus ini kan udah terbit sejak 2010, 2011, dan 2013 tapi koq aku baru suka sekarang. Simple, aku baru sempet baca. Ceritanya awal tahun 2016 kemaren aku maen ke Jogja, jalan-jalan ke gramedia dan somehow ngeliatin buku Titik Nol dijajaran buku laris, buku ini kayaknya beda dari novel biasanya. It's all about real experience and travelling. Travelling is something that I'll always want to be part of. Entahlah, aku suka aja yang berbau travelling meskipun aku sendiri belom berani backpackeran sejati ala Agustinus gitu. Singkatnya, setelah liat-liat bentar ya jadi deh aku beli buku Titik Nol dan satu novel fiksi karya penulis papan atas negeri ini yang plastiknya pun belom kebuka hingga saat ini. Aku pengen mborong semua buku si Agustinus ini, tapi setelah mikir-mikir mending aku baca satu dulu kalo suka ntar nyari yang lainnya. Selain itu pas ke Jogjanya bukan liburan yang sesungguhnya, melainkan weekend doang di Jogja abis itu balik lagi ke Ibukota dengan kerjaan setumpuk dan bawaan setumpuk, bisa-bisa gak muat ntar koperku pas balik ke kota kecil ini. Jadinya ya cuma Titik Nol aja yang kebeli. Nyesel sie kalo inget itu. Aku pun baru sempet bacanya minggu lalu setelah buka lemari dan ngeliatin buku ini, sayang banget kalo gak sampe kebaca. Sejak mulai aktif kerja lagi, aku males banget baca, pengennya tiduraaaan aja kalo senggang apalagi si Titik Nol ini kan mayan tebel, ngeliatnya aja langsung ngantuk. Niat nyelesein baca pas aku ke Bogor kemaren sengaja aku bawa buku ini buat bacaan di pesawat, kan mayan lama tuh 2 jam bisalah baca 1/4 bukunya dan ketagihan sampe gak mau berhenti kalo belom selesai. Baguuuusss banget dan udah populer sejak Agustinus masih belom nerbitin bukunya, masih berupa artikel di forum kompas. Jadi sekarang aku kayak mode mundur, baca buku paling akhir dulu, buku sebelomnya nyusul, karena pengiriman belanja onlinenya belom nyampe aku baca di forum kompas aja. Hehehehe, gak update banget sie hidup aku. Agustinus nie emang menginspirasi banget dan semoga suatu saat aku bisa mengalahkan diri sendiri untuk travelling meskipun tempat tujuannya gak sefenomenal dia, seenggaknya aku berani keluar dari 'tempat nyaman' nya aku.

Yang terakir, aku suka banget kutipan Agustinus Wibowo ini "happiness is contagious".

Lets be happy...

Salam, elitangie

Rabu, 13 April 2016

Topik Kaporit Segala Kalangan

Okeh, meskipun udah setaun aku gak posting apapun disini, aku gak akan cerita panjang lebar soal itu karena alesannya hanya ma-les. Males ngetik, males curhat, males karena di rumah sinyalnya susah beud, dan lain lain. Iyap. Di rumah. Sejak Mei 2015 kemaren aku dipindahin lagi ke Kota yang ada orang tua, even bukan Jogja, so far bukan balai. Gak ada lagi cerita pergi pagi pulang pagi dari kantor, gak ada lagi ngemol bareng temen-temen, gak ada lagi blanja blinji cekakakan bareng temen-temen, karena ya kotanya minimalis alias terbelakang. Gitu ajah soal pindah kotanya gamau diperpanjang lagi, masih ada sisa sakit hati soalnya.

Setahun sudah sejak posting tulisan terakir, waktu itu aku masih di kota tempat kerja lama, posisi menungu sprint dan deg-degan menanti kota tujuan selanjutnya. Gak disangka-sangka, gak diminta-minta, gak didoain juga, malah cenderung doanya biar gak dapat kota ini, hasilnya, di sinilah aku. Kota kelahiran. Ada orang tua di sini otomatis ada rumah gak perlu mbayar kos-kosan, jalan-jalannya udah lumayan kenal meskipun masih sering nyasar-nyasar dikit. Well gak banyak yang bisa diexplore dari kota ini. Di sini juga aku gak punya temen hahahihi kayak di Kota sebelumnya. Di sini juga patah hati itu mulai sembuh perlahan, kemudian luka lagi dan lebih dalam, hingga hari ini luka itu kembali menutup dan semoga dia benar-benar pergi dari hatiku. Ahhh.. aku akan membagikan curhatan hasil nunggu asistensi pekerjaan yang gak kelar-kelar juga di blog ini.

Kita mbahas topik awal pas aku niat ngetik aja, sebenernya aku cuman nyalin tulisan dari evernote di smartphone sie gak asli ngetik sambil mikir. Mari kita mengulas topik favorit segala kalangan. Tua muda miskin kaya laki perempuan cakep gak cakep dan sebagainya dan sebagainya. Patah hati. Istilah ini selalu bikin orang yang sedang mengalaminya bisa bertingkah aneh bin gila sendiri, yes mengalami hal-hal diluar kebiasaannya. Patah hati bisa disebabkan banyak hal, selain masalah cinta, juga bisa karena cita-cita yang gak kesampean, gagal ujian, ditolak dosen pembimbing, gagal interview, dan lain-lain. Dalam tulisan ini aku akan fokus ke patah hati akibat cinta alias rasa yang gak kesampaian. Saking populer dan kejamnya si patah hati ini sampe banyak lagu yang ditulis bertemakan patah hati, salah satunya "Terlatih Patah Hati".

Well, siapa sie yang gak pernah patah hati? Kayaknya gak ada deh. Hati ini emang rada aneh, dia jatuh cinta sendiri kemudian jika cintanya tak terbalas indah maka akan patah hati dan sulit sembuh alias susah lupa sama sosok yang dipuja. Curhat dikit yaa, banyak aja ding, emang kan niatnya ngetik ini buat curhat, aku patah hati udah hitungan tahun kali kepada seseorang yang sama sekali gak tau kalo aku udah lama nyimpen rasa ke dia. Kalo dipikir dipikir dan dipikir lagi, dia sama sekali bukan tipe laki yang bisa bikin aku naksir, tapi dasarnya emang hati gak bisa disuruh-suruh jadilah aku menemukan diri sendiri memikirkan dia dari pagi sampe pagi lagi dan menahan rasa seneng-seneng memalukan kalo dia ada di sekitar aku. Itu dulu, setahun yang lalu. Asli aku gak nyaman kalo dia ada di sekitarku, aku gak berani nimbrung obrolan yang ada dia, gak berani nyeletuk omongan dia, takut banget gak bisa mengontrol sikap, sorot mata, degub jantung, denyut nadi, halaaaahh apa sie. Tapi bener, jadi salah tingkah sendiri. Abege banget yak, padahal saat itu aku 28 mau 29 tahun.

Ini jatuh cinta diam-diam yang paling lama dan melelahkan yang aku alami, bahkan saat aku ngetik ini, rasa itu masih ada di dasar hati, gak mau pergi, gak mau lenyap. Kisah tentang cinta diam-diam ini udah pernah aku posting setahun yang lalu, waktu itu dalam kondisi depresi berat karena rasa yang tak sampai. Ditahan dan disimpen sendiri sambil ngarep dia tau dan ngomong hal-hal dongeng soal happily ever whatsoever, tapi sambil mikir juga jangan sampe dia tau terus jadi menjauh atau malah balik naksir. Logika aku gak mau sama dia, hati aku mbeling banget gamau nurut sama logika. Aku naksir dia udah 5 tahun sampe tahun ini, yeeeee *plokplokplok* hebat bingit si ahli menahan rasa.

Waktu aku ngetik ini, aku lagi duduk diteras rumah sendirian sambil mikirin dia lagi dan rencana pernikahannya dengan gadis pujaan hatinya *nyesss* *rasanyaperih* aku gak depresi kaya dulu, aku gak nangis-nangis kaya dulu, aku gak meratapi kejombloan kaya dulu. Aku cuma berharap hati ini segera sembuh, dan menemukan orang lain yang gak bikin aku jaim-jaiman ke dia untuk aku tempatkan di tempat khususku dan dia juga melakukan hal yang sama padaku. Kami sama-sama menjadi spesial untuk satu sama lain. Hal ini pun agak susah, berhubung si dia yang udah menghuni pikiranku bertahun-tahun itu susah banget keluarnya. Jatuh cinta ke orang yang sama sekali gak tau bahwa kamu menyimpan rasa yang sangat luas ke dia itu kayak, ya kayak patah hati. Sakit bok dan sakitnya itu nyata. Cintaku bertepuk sebelah tangaaaaaaan *nyanyi*.

Rabu, 29 April 2015

Maybe, I'm Just too Ignorant

Kalo kepala manusia itu layaknya reaktor nuklir dan hati manusia itu kipas pendinginnya, mungkin aku udah meledak sejak dulu kali yak. Kepala ama hati udah gak bisa sinkron lagi. Hati udah panas banget udah gak sanggup meredam gelegak reaktor di kepala. Daripada aku sakit hati sia-sia ya jalan keluarnya aku melupakan mereka seolah-olah mereka gak ada. Gak dianggep itu mungkin udah bawaan lahir aku. Ini hampir kayak empat tahun lalu waktu awal-awal blog ini dibuat, sebagai pelarian dari ketidaknampakan. Mungkin yang salah itu emang aku, mau dibenerin juga aku gak tau harus darimana, mungkin aku terlalu ignorant untuk membenahi diri untuk menyadari kesalahan sendiri. Mungkin aku terlalu selfcenter yang menuntut orang-orang berputar mengelilingi aku, gak aku bukan pencari perhatian, aku cenderung menghindar jadi pusat perhatian. Atau mungkin aku cuma datang dan bergabung di saat yang kurang tepat. Kenapa aku masih bertahan? Aku dah bosen banget sama kalimat itu, udah berulang-ulang-ulang-ulang terucap tapi gak ada perubahan. Mungkin belajar jadi "penghibur" itu perlu, layakya Daud yang selalu dicariin Saul buat menenangkan dia saat Saul lagi gelisah karena Daud pinter nyanyi dan maen musik. Pinter menghibur. Pinter menyenangkan hati orang lain even saat hati dan kepala kayak dua kutub magnet

Kamis, 02 April 2015

Feeling so Blue

I saw your face almost 2 weeks ago, when I  was being so rushy and busy for meetings. You and your brother-like-boss asked me to had lunch together which I refused. I already regret it the time I said no. Then the next day I got broken heart when a friend told me that you flew to the capitol for a "heart-bussines" thing. Well, would somebody tell me is there any other meaning of that words? Nope. That was the sign that I need to let you go. You already have someone else.

Today, I saw you again. I thought that I would be okay. Yes I'm okay when you were around, when you leave there is hole in my tummy.
I.Can't.Stop.Thinking.Of.You.

I'm planing about escape for this long weekend. Back to my "hometown", a place where I always feel like home. You weren't there, well, I wasn't thinking of you when I was there. I can manage my head and my heart for almost 2 weeks. Almost. Because while I'm writing this, it's April 15 right now, and you've came and poped-up in this place twice or three time since then, I'm start thinking of you again.


Sabtu, 28 Maret 2015

Diam-diam

Semua ini berawal dari sebuah nama. Nama dia yang gak asing menggali jauh ke dalam memori masa kecilku tentang salah satu tokoh dalam buku detektif cilik favoritku. Lima Sekawan. Yapp!! Aku juga bertanya-tanya sendiri setiap nama itu terlintas di benakku, kenapa selalu kepikiran dia. Orang itu punya nama yang sama dengan si tokoh detektif ditambah lagi cerita hebat temen-temen tentang dia makin nambah rasa penasaran aku ke dia. Kami bukan temen deket, hampir gak pernah komunikasi, meskipun kerja di instansi yang sama namun gak satu gedung bahkan beda kota. Waktu aku cuti sekolah selama 2,5 tahun yang otomatis kembali ke jogja lagi, selama itu aku gak pernah ngeliat sosoknya. Bahkan mungkin kalo aja aku ketemu dia di jalan aku gak bakal nyadar dia orangnya. 2,5 tahun adalah waktu yang panjang untuk mengeluarkan seseorang apalagi yang nyaris asing dari dalam kepalaku. Sayangnya itu gak berhasil. Biasanya kan perasaan suka diam-diam ke orang akan bertahan selama si pelaku sering ngeliat orang yang di taksir. Di aku, meskipun gak pernah ketemu tapi tetep aja kepikiran. Ini aneh banget. Aku bukan pemain baru dalam lakon suka diam-diam. Udah kejadian beberapa kali, dan teratasi dengan sendirinya bahkan tanpa aku sadari rasa suka itu udah gak ada. Bisa terjadi karena emang aku salah orang, dia udah punya orang lain ato gak pernah ketemu lagi ato apalah. Nah, kasus yang satu ini, mungkin udah terjadi 3,5 tahun atao hampir 4 tahun, aku juga gak inget persisnya kapan dia mulai sliwar sliwir di pikiranku. Mungkin awalnya penasaran yang gak terjawab, kemudian kepikiran berkelanjutan nyari-nyari jawabannya sendiri, sampai akhirnya jadi suka diam-diam, beralih jadi patah hati diam-diam, dan bertahan jadi kebiasaan memikirkan dia. 

Aku cerita soal ini ke seorang temen di jogja, dan dia ngomong kalo aku cuma penasaran sama si lelaki ini, aku gak yakin soal itu, dulu emang iya aku penasaran, tapi sekarang adanya aku malah naruh hati ke dia. Kog aku bisa bilang gitu? Karena rasanya gak nyaman kalo kami ketemu di kantor yang sama dan orang-orang mulai godain aku sama dia. Seandainya aku gak ada rasa apa-apa, becandaan orang-orang itu bakal aku tambah-tambahin, nyatanya aku malah mengkeret kalo namanya mulai disebutin.

Aku pernah nemu kalimat yang nyesek banget di postingan sosmed orang yang bunyinya “setinggi apapun standarmu akan calon pasanganmu akan kalah ketika kamu jatuh cinta tanpa alasan" Well, mungkin ini aku, mungkin juga belum sampe tahap jatuh cinta, mungkin aku bertahan dengan suka diam-diam karena ada hal-hal lain. Entahlah. Aku gak pernah punya standar khusus untuk calon pasangan. Aku gak pernah menerapkan standar tinggi yang harus dimiliki seseorang, asal dia bisa bikin aku nyaman maka aku akan ngikutin dia dengan sendirinya. Sayangnya, rasa sukaku ke dia malah bikin aku gak nyaman untuk berinteraksi dengan dia, ditambah lagi terus-terusan digodain sama temen-temen di kantor. Minggu lalu aku udah patah hati karena suka diam-diam ini, dan yang terlintas dalam benakku saat itu adalah “Bentar lagi aku pasti bisa berhenti mikirin dia”, karena kejadian-kejadian sebelumnya rasa seperti itu akan hilang setelah patah hati. Nyatanya malah makin akut. Sebelom tidur, saat mata baru kebuka dikit, pas nglilir malem-malem, lagi konsen kerja, lagi asik main, eeehhh dia malah nongol di kepala. Kemana perginya segala logika 2+2=4 itu pergi??!! Kadang aku heran sendiri, aku ini kenapa sie. Ini belum pernah kejadian bisa suka diam-diam sampe lama banget.

Aku memutuskan untuk nyeritain ini di blog setelah bertahun-tahun disimpen sendiri untuk alasan memperoleh kelepasan. Lepas dari penat. Setelah aku cerita ke orang soal kekoyolan ini, rasanya agak ringan, berharap saat aku ngetik ini aku bisa lupa soal dia (batinku memberontak seketika). Iya, tau, tau, mau kelepasan yang paling lega ya ngomong langsung ke orangnya “aku nyimpen perasaan ke kamu”. Well, aku terlalu pengecut untuk itu, aku gak punya nyali, takut di tolak, takut diketawain, takut orang banyak tau karena kami kerja di lingkungan yang sama. Digodain dengan dia aja aku udah kebat-kebit, apalagi kalo orang-orang tau diam-diam aku suka. Alasan terbesar aku nyimpen ini dalem-dalem adalah, kami sekantor, aku pengen dunia yang sedikit berbeda dengan yang sehari-hari aku jalani, karena role modelku tentang pasangan sukses biasanya berasal dari dua orang dengan latar belakang yang berbeda (batinku memberontak lagi). Dan, dia pun mungkin seperti itu, entahlah, aku gak tau dan gak akan tau. Hahh?? Pasangan? Mulai meracau. Dia gak tau soal ini dan gak akan tau, kalo dia sampe tau juga kenapa. So, gak ada yang namanya pasangan. Ngelamunnya kejauhan. 

Jumat, 27 Maret 2015

Horrible English

Rain and wind bring the chill as water doplets drop to the glass door. I watch them from the point I sat day and night. Sometimes someone comes through that door, distracts my daydream, makes the curtains swing.
Ok, stop!! I can't write any single poem. So lets just start blogging, actually I don't feel like writing something today. Just open my blog and thought I did't wrote anything since been long. I realize my english grows bad, they turn out so much horrible to hear. Maybe they will disappear someday. I accustomed myself to be more english-er even with horrible funny stupid english. 
Okay, I'm sorry I lost the feeling, I have to go, maybe I'll be back later.