Semua
ini berawal dari sebuah nama. Nama dia yang gak asing menggali jauh ke dalam
memori masa kecilku tentang salah satu tokoh dalam buku detektif cilik favoritku. Lima Sekawan. Yapp!! Aku juga
bertanya-tanya sendiri setiap nama itu terlintas di benakku, kenapa selalu
kepikiran dia. Orang itu punya nama yang sama dengan si tokoh detektif ditambah
lagi cerita hebat temen-temen tentang dia makin nambah rasa penasaran aku ke
dia. Kami bukan temen deket, hampir gak pernah komunikasi, meskipun kerja di
instansi yang sama namun gak satu gedung bahkan beda kota. Waktu aku cuti
sekolah selama 2,5 tahun yang otomatis kembali ke jogja lagi, selama itu aku
gak pernah ngeliat sosoknya. Bahkan mungkin kalo aja aku ketemu dia di jalan
aku gak bakal nyadar dia orangnya. 2,5 tahun adalah waktu yang panjang untuk
mengeluarkan seseorang apalagi yang nyaris asing dari dalam kepalaku. Sayangnya
itu gak berhasil. Biasanya kan perasaan suka diam-diam ke orang akan bertahan
selama si pelaku sering ngeliat orang yang di taksir. Di aku, meskipun gak
pernah ketemu tapi tetep aja kepikiran. Ini aneh banget. Aku bukan pemain baru
dalam lakon suka diam-diam. Udah kejadian beberapa kali, dan teratasi dengan
sendirinya bahkan tanpa aku sadari rasa suka itu udah gak ada. Bisa terjadi
karena emang aku salah orang, dia udah punya orang lain ato gak pernah ketemu
lagi ato apalah. Nah, kasus yang satu ini, mungkin udah terjadi 3,5 tahun atao
hampir 4 tahun, aku juga gak inget persisnya kapan dia mulai sliwar sliwir di
pikiranku. Mungkin awalnya penasaran yang gak terjawab, kemudian kepikiran
berkelanjutan nyari-nyari jawabannya sendiri, sampai akhirnya jadi suka
diam-diam, beralih jadi patah hati diam-diam, dan bertahan jadi kebiasaan memikirkan
dia.
Aku cerita soal ini ke seorang temen di jogja, dan dia ngomong kalo
aku cuma penasaran sama si lelaki ini, aku gak yakin soal itu, dulu emang iya
aku penasaran, tapi sekarang adanya aku malah naruh hati ke dia. Kog aku bisa
bilang gitu? Karena rasanya gak nyaman kalo kami ketemu di kantor yang sama dan
orang-orang mulai godain aku sama dia. Seandainya aku gak ada rasa apa-apa,
becandaan orang-orang itu bakal aku tambah-tambahin, nyatanya aku malah
mengkeret kalo namanya mulai disebutin.
Aku
pernah nemu kalimat yang nyesek banget di postingan sosmed orang yang bunyinya “setinggi
apapun standarmu akan calon pasanganmu akan kalah ketika kamu jatuh cinta tanpa
alasan" Well, mungkin ini aku, mungkin juga belum sampe tahap jatuh cinta, mungkin
aku bertahan dengan suka diam-diam karena ada hal-hal lain. Entahlah. Aku gak
pernah punya standar khusus untuk calon pasangan. Aku gak pernah menerapkan
standar tinggi yang harus dimiliki seseorang, asal dia bisa bikin aku nyaman
maka aku akan ngikutin dia dengan sendirinya. Sayangnya, rasa sukaku ke dia
malah bikin aku gak nyaman untuk berinteraksi dengan dia, ditambah lagi terus-terusan
digodain sama temen-temen di kantor. Minggu lalu aku udah patah hati karena
suka diam-diam ini, dan yang terlintas dalam benakku saat itu adalah “Bentar lagi
aku pasti bisa berhenti mikirin dia”, karena kejadian-kejadian sebelumnya rasa
seperti itu akan hilang setelah patah hati. Nyatanya malah makin akut. Sebelom
tidur, saat mata baru kebuka dikit, pas nglilir malem-malem, lagi konsen kerja,
lagi asik main, eeehhh dia malah nongol di kepala. Kemana perginya segala
logika 2+2=4 itu pergi??!! Kadang aku heran sendiri, aku ini kenapa sie. Ini belum
pernah kejadian bisa suka diam-diam sampe lama banget.
Aku
memutuskan untuk nyeritain ini di blog setelah bertahun-tahun disimpen sendiri untuk alasan memperoleh kelepasan. Lepas
dari penat. Setelah aku cerita ke orang soal kekoyolan ini, rasanya agak
ringan, berharap saat aku ngetik ini aku bisa lupa soal dia (batinku memberontak
seketika). Iya, tau, tau, mau kelepasan yang paling lega ya ngomong langsung ke
orangnya “aku nyimpen perasaan ke kamu”. Well, aku terlalu pengecut untuk itu,
aku gak punya nyali, takut di tolak, takut diketawain, takut orang banyak tau
karena kami kerja di lingkungan yang sama. Digodain dengan dia aja aku udah
kebat-kebit, apalagi kalo orang-orang tau diam-diam aku suka. Alasan terbesar aku nyimpen ini dalem-dalem adalah, kami sekantor, aku pengen dunia yang sedikit berbeda dengan yang sehari-hari
aku jalani, karena role modelku tentang pasangan sukses biasanya berasal dari
dua orang dengan latar belakang yang berbeda (batinku memberontak lagi). Dan,
dia pun mungkin seperti itu, entahlah, aku gak tau dan gak akan tau. Hahh?? Pasangan? Mulai meracau. Dia gak tau soal ini dan gak akan tau, kalo dia sampe tau juga kenapa. So, gak ada yang namanya pasangan. Ngelamunnya kejauhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.