Sabtu, 28 Maret 2015

Diam-diam

Semua ini berawal dari sebuah nama. Nama dia yang gak asing menggali jauh ke dalam memori masa kecilku tentang salah satu tokoh dalam buku detektif cilik favoritku. Lima Sekawan. Yapp!! Aku juga bertanya-tanya sendiri setiap nama itu terlintas di benakku, kenapa selalu kepikiran dia. Orang itu punya nama yang sama dengan si tokoh detektif ditambah lagi cerita hebat temen-temen tentang dia makin nambah rasa penasaran aku ke dia. Kami bukan temen deket, hampir gak pernah komunikasi, meskipun kerja di instansi yang sama namun gak satu gedung bahkan beda kota. Waktu aku cuti sekolah selama 2,5 tahun yang otomatis kembali ke jogja lagi, selama itu aku gak pernah ngeliat sosoknya. Bahkan mungkin kalo aja aku ketemu dia di jalan aku gak bakal nyadar dia orangnya. 2,5 tahun adalah waktu yang panjang untuk mengeluarkan seseorang apalagi yang nyaris asing dari dalam kepalaku. Sayangnya itu gak berhasil. Biasanya kan perasaan suka diam-diam ke orang akan bertahan selama si pelaku sering ngeliat orang yang di taksir. Di aku, meskipun gak pernah ketemu tapi tetep aja kepikiran. Ini aneh banget. Aku bukan pemain baru dalam lakon suka diam-diam. Udah kejadian beberapa kali, dan teratasi dengan sendirinya bahkan tanpa aku sadari rasa suka itu udah gak ada. Bisa terjadi karena emang aku salah orang, dia udah punya orang lain ato gak pernah ketemu lagi ato apalah. Nah, kasus yang satu ini, mungkin udah terjadi 3,5 tahun atao hampir 4 tahun, aku juga gak inget persisnya kapan dia mulai sliwar sliwir di pikiranku. Mungkin awalnya penasaran yang gak terjawab, kemudian kepikiran berkelanjutan nyari-nyari jawabannya sendiri, sampai akhirnya jadi suka diam-diam, beralih jadi patah hati diam-diam, dan bertahan jadi kebiasaan memikirkan dia. 

Aku cerita soal ini ke seorang temen di jogja, dan dia ngomong kalo aku cuma penasaran sama si lelaki ini, aku gak yakin soal itu, dulu emang iya aku penasaran, tapi sekarang adanya aku malah naruh hati ke dia. Kog aku bisa bilang gitu? Karena rasanya gak nyaman kalo kami ketemu di kantor yang sama dan orang-orang mulai godain aku sama dia. Seandainya aku gak ada rasa apa-apa, becandaan orang-orang itu bakal aku tambah-tambahin, nyatanya aku malah mengkeret kalo namanya mulai disebutin.

Aku pernah nemu kalimat yang nyesek banget di postingan sosmed orang yang bunyinya “setinggi apapun standarmu akan calon pasanganmu akan kalah ketika kamu jatuh cinta tanpa alasan" Well, mungkin ini aku, mungkin juga belum sampe tahap jatuh cinta, mungkin aku bertahan dengan suka diam-diam karena ada hal-hal lain. Entahlah. Aku gak pernah punya standar khusus untuk calon pasangan. Aku gak pernah menerapkan standar tinggi yang harus dimiliki seseorang, asal dia bisa bikin aku nyaman maka aku akan ngikutin dia dengan sendirinya. Sayangnya, rasa sukaku ke dia malah bikin aku gak nyaman untuk berinteraksi dengan dia, ditambah lagi terus-terusan digodain sama temen-temen di kantor. Minggu lalu aku udah patah hati karena suka diam-diam ini, dan yang terlintas dalam benakku saat itu adalah “Bentar lagi aku pasti bisa berhenti mikirin dia”, karena kejadian-kejadian sebelumnya rasa seperti itu akan hilang setelah patah hati. Nyatanya malah makin akut. Sebelom tidur, saat mata baru kebuka dikit, pas nglilir malem-malem, lagi konsen kerja, lagi asik main, eeehhh dia malah nongol di kepala. Kemana perginya segala logika 2+2=4 itu pergi??!! Kadang aku heran sendiri, aku ini kenapa sie. Ini belum pernah kejadian bisa suka diam-diam sampe lama banget.

Aku memutuskan untuk nyeritain ini di blog setelah bertahun-tahun disimpen sendiri untuk alasan memperoleh kelepasan. Lepas dari penat. Setelah aku cerita ke orang soal kekoyolan ini, rasanya agak ringan, berharap saat aku ngetik ini aku bisa lupa soal dia (batinku memberontak seketika). Iya, tau, tau, mau kelepasan yang paling lega ya ngomong langsung ke orangnya “aku nyimpen perasaan ke kamu”. Well, aku terlalu pengecut untuk itu, aku gak punya nyali, takut di tolak, takut diketawain, takut orang banyak tau karena kami kerja di lingkungan yang sama. Digodain dengan dia aja aku udah kebat-kebit, apalagi kalo orang-orang tau diam-diam aku suka. Alasan terbesar aku nyimpen ini dalem-dalem adalah, kami sekantor, aku pengen dunia yang sedikit berbeda dengan yang sehari-hari aku jalani, karena role modelku tentang pasangan sukses biasanya berasal dari dua orang dengan latar belakang yang berbeda (batinku memberontak lagi). Dan, dia pun mungkin seperti itu, entahlah, aku gak tau dan gak akan tau. Hahh?? Pasangan? Mulai meracau. Dia gak tau soal ini dan gak akan tau, kalo dia sampe tau juga kenapa. So, gak ada yang namanya pasangan. Ngelamunnya kejauhan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.