Kalo kepala manusia itu layaknya reaktor nuklir dan hati manusia itu kipas pendinginnya, mungkin aku udah meledak sejak dulu kali yak. Kepala ama hati udah gak bisa sinkron lagi. Hati udah panas banget udah gak sanggup meredam gelegak reaktor di kepala. Daripada aku sakit hati sia-sia ya jalan keluarnya aku melupakan mereka seolah-olah mereka gak ada. Gak dianggep itu mungkin udah bawaan lahir aku. Ini hampir kayak empat tahun lalu waktu awal-awal blog ini dibuat, sebagai pelarian dari ketidaknampakan. Mungkin yang salah itu emang aku, mau dibenerin juga aku gak tau harus darimana, mungkin aku terlalu ignorant untuk membenahi diri untuk menyadari kesalahan sendiri. Mungkin aku terlalu selfcenter yang menuntut orang-orang berputar mengelilingi aku, gak aku bukan pencari perhatian, aku cenderung menghindar jadi pusat perhatian. Atau mungkin aku cuma datang dan bergabung di saat yang kurang tepat. Kenapa aku masih bertahan? Aku dah bosen banget sama kalimat itu, udah berulang-ulang-ulang-ulang terucap tapi gak ada perubahan. Mungkin belajar jadi "penghibur" itu perlu, layakya Daud yang selalu dicariin Saul buat menenangkan dia saat Saul lagi gelisah karena Daud pinter nyanyi dan maen musik. Pinter menghibur. Pinter menyenangkan hati orang lain even saat hati dan kepala kayak dua kutub magnet
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.