Aku lupa kapan persisnya. Tapi sekitar tanggal segini setahun yang lalu aku di Ibu kota dengan sebuncah harapan, impian, pemberontakan, dan penolakan. Berharap akan fase hidup yang baru. Mimpi yang selalu memutar sejak kecil yang seolah akan terwujud sejengkal waktu lagi. Pemberontakan terhadap diri sendiri yang entah apa yang memicunya. Penolakan hijrah dari Jogja yang telah menjadi rumah bagiku.
Lucu kalo inget kelakukanku setahun lalu dalam 3 bulan terakhir ini. Lucu, konyol sekaligus kangen. Imajinasi sudah melambung tinggi ibarat balon helium yang lepas ke langit. Ahhhh, lebay! But yes it’s true. I feel like uneasy on that day. Membayangkan akan menjadi salah satu penduduk ibu kota yang akan menjadi pelaku rebutan air, udara, lahan, bis kota, tempat tinggal. Menjadi korban macet dan banjirnya Jakarta. Well, itu semua tidak terjadi. Anehnya, aku menyesalinya. Kabar nya datang hampir dua bulan kemudian saat pengumuman itu terbit dan tiba-tiba seperti mimpi, dan disinilah aku sekarang. Bukan ibukota apalagi Jogja. An ordinary very different place, not almost stranger but just uneasy. Segala sesuatu yang paling tidak diinginkan justru terjadi padaku.
All the people just say God have the plan. Great plan for my life. I believe in God but I’m not sure what should to do. And this things has been pass for almost a year.
Okelah, sudah cukup! Uneg-uneg nya nanti disambung lagi karena si Rekanan sudah muncul dari ujung pintu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.