Baru kebangun setelah tidur siang, kecapekan, kepanasan, kekenyangan. Hidup mahasiswa dimulai lagi. Tidak kesulitan memulai kebiasaan baru karena sebenernya bukan kebiasaan baru sama sekali. Baru setahun dengan ritme kerja dan selalu kangen pengen jadi mahasiswa lagi. Dimana-mana jadi mahasiswa emang paling enak. Kuliah pagi sampe sore enggak sampe malem kaya kerja, tugas numpuk tapi banyak temen yang ngerjain bareng gak kayak kerja yang tanggungjawab dipikul sendiri-sendiri, ujian bisa gak bisa gak ada tanggungjawab ke siapa-siapa selain diri sendiri. Tetep aja lebih enjoy dilakukan daripada kerja, meskipun kondisi keuangan ya tetep ala mahasiswa, tipiiiis apalagi untuk mahasiswa berbeasiswa gak jelas kayak saya ini. Hahahaha
Jumat, 16 Maret 2012
Jumat, 09 Maret 2012
Malam ini di Jogjakarta
Sebulan sudah terlewati dan banyak sekali hal yang terlewati yang belum sempat tertuang disini. Saat aku mulai menulis ini, aku melakukannya tidak lagi di kantor dengan kondisi sakit hati karena tidak berpekerjaan. Aku menulis di kamar kos ku di Pogung Kidul.
Awal bulan februari 2012 kemaren aku shock akan kenyataan tertinggal sendirian di kota tempatku harus bekerja sementara semua teman-teman berangkat kuliah S2. Bukan aku gak daftar, aku daftar tapi nyatanya dari 25-an orang se balaiku yang mendaftar hanya namaku yang tidak tercantum dalam peserta yang diterima. Rasanya gak percaya. Bukan karena tidak lulus tapi karena harus melewati hari-hari sendirian di tempat asing yang selalu aku keluhkan. Membayangkan saja rasanya tidak sanggup.
Setelah melepas keberangkatan teman satu per satu, hari-hari sepi dan tertekan dimulai. Biasanya yang selalu punya teman bicara, cerita, berangkat kantor, pulang kantor, menghabiskan weekend, makan, dsb bareng tiba-tiba harus solo. Bangun pagi terburu-buru mandi, berangkat kantor dan sengaja pulang jam 10 malam untuk tidak merasakan betapa lengangnya kos-kosan. Pulang kantor sendirian malam-malam juga selalu was-was karena kondisi jalanan sepi.
Tidak terlalu terasa memang, berhubung hanya tinggal aku sendirian tenaga di bagian itu, jadi setiap kegiatan mau tidak mau aku yang berangkat. Sosialisasi, diskusi, laporan-laporan dari kontraktor, pra-PHO yang menginap di luar kota, membuatku menjadi lebih produktif dibandingkan saat formasi masih lengkap. Tapi tetap saja perasaan tertinggal itu mengganggu dan menakutkan.
Jumat, 17 Februari 2012 jam 10.00 pagi telepon kantor berdering, karena tidak ada yang mengangkat jadilah aku yang angkat dan kebetulan memang mencariku. Kabar yang lebih mengejutkan karena Pusdiklat menanyakan kesediaanku mengisi kekosongan posisi beasiswa di Magister Pengelolaan Bencana Alam di UGM karena ada peserta yang mengundurkan diri. Senang? Sama sekali enggak. Bingung? Iya!
Aku tidak pernah berharap untuk berangkat sekolah bahkan di UGM sekalipun untuk mempelajari bencana alam yang ternyata lebih condong ke hidrologi, sumber daya air. Dosen-dosen pengelolanya saja serba hidro, kelasnya di lab hidro, mata kuliah tentu saja hidro. Track record ku di hidrologi? jangan ditanya, jelek banget. Ilmu yang selalu aku jauhi saat kuliah S1 dan sekarang harus aku putuskan maju atau tidak.
Semua 'responden' yang aku tanyai mengatakan 'harus ambil'. Tidak masalah dengan track record dan segala hal menakutkan yang aku pikirkan. Dasar-dasar hidrologi sudah pernah aku terima meskipun hasilnya tidak membanggakan, apalagi posisiku yang sudah tertinggal sendirian disana. Dengan bingung galau sakit kepala dan berpikir beribu-ribu kali sambil membuat simulasi dalam imajinasi jika ambil atau tidaknya, entah kenapa akhirnya aku putuskan untuk berangkat.
Minta ijin ke atasan langsung hari sabtunya dengan menuju rumahnya langsung pun belum memantapkan niatku untuk berangkat. Tapi hari senin aku putuskan untuk menghubungi Pusdiklat dan menyatakan bersedia menerima tawaran mereka, mereka fax surat panggilan dan mulailah aku bolak-balik kantor-balai-kantor dengan sepeda motor sendirian selama 2 hari untuk keperluan perijinan melanjutkan kuliah. Tidak begitu sulit karena Kabag Kepegawaian sangat koperatif dan membantu segala keperluanku. Rabu sore, maghrib tepatnya semua berkas beres, segera aku kirimkan via TiKi ke Pusdiklat.
Sambil menjelaskan pelimpahan pekerjaan kepada orang-orang yang akan menggantikan posisi kami yang berangkat sekolah, aku selalu pulang larut selama seminggu itu. Sampai di kos, mulai packing-packing barang yang akan dibawa, sebagian dipaketkan ke rumah, sebagian dipaketkan ke jogja, sebagian lagi di tinggalkan untuk digunakan teman kuliah yang bekerja di kota yang sama. Aku berangkat kamis sore minggu itu juga untuk registrasi di UGM hari jumat paginya. Dan memang berjalan seperti itu, meskipun aku tidak sempat mengikuti perkuliahan yang sedang berjalan.
Serba buru-buru dan mendadak sampai semua teman yang aku kabari pada kaget dan bilang aku sombong karena gak kabar-kabar sebelumnya, bahkan ada yang tidak percaya kalau aku sudah tiba-tiba di jogja lagi dan di UGM lagi. haahhhhh. Proses kuliah juga sudah berjalan seminggu, aku ketinggalan kuliah pengantar yang 0 SKS dan momen berakrab-akrab dengan teman baru. Biarlah. Jalanin sekuatnya, tidak perlu ngoyo, pelan-pelan aku akan menyusup dalam pola pergaulan baru ini.
Doakan saya!!!!
Langganan:
Postingan (Atom)